Buku The Life Changing Magic of Tidying Up Part 1

Apakah diantara kita ada yang merasa sudah sering beberes tapi berantakan lagi dan lagi? Sama, saya juga hehe. Nah buat kalian yang merasa demikian, bisa coba menggali ilmu sama Mba Marie Kondo dalam bukunya yang berjudul The life changing magic of tidying up. Saya akan mencoba memberi sedikit rangkuman, yang semoga bermanfaat buat teman-teman.

Menurut mba Marie, yang sudah menyenangi seni bebenah sejak umur 5 tahun, kita tidak bisa menjaga kerapian rumah karena kita luput dalam memperhatikan hal hal seperti ketidaktahuan mengenai cara bebenah, ini cukup aneh karena umumnya bebenah adalah keahlian wanita. Tetapi benar juga, adanya Konmari adalah hasil dari intuisi beliau dan beragam percobaan metode bebenah yang menurutnya selalu gagal dalam mempertahankan kerapian.

Daripada kita menghabiskan waktu untuk bebenah sedikit-sedikit, akan lebih efisien dan kelihatan hasil bila kita bebenah sekaligus. Saat bebenah sedikit-sedikit, kita akan merasa capek sendiri dan bosan karena setiap sudah dirapikan, akan berantakan lagi dan lagi. Percayalah, benar-benar emosi jiwa jika lokasi yang baru beberapa hari kita rapikan, sudah acak-acakan lagi. Luangkan saja waktu khusus/tertentu untuk beberes total dirumah ya.

Ketika kita piawai menyimpan, itu sama saja dengan menimbun. Saya sangat terdepan dalam menyimpan btw. Kalaulah ada penghargaan kepada orang yang paling pandai menyimpan, mungkin saya akan masuk nominasi itu. Semua kartu ujian SD masih ada sampai saat ini, entah kenapa selalu saja ada bisikan di hati “simpen aja buat kenang2an, bisa dikasi liat ke anak cucu”. Sungguh ga penting sekali, yang diwariskan/diperlihatkan ke anak cucu itu ya akhlaq baik, keimanan dan skill, bukan hal remeh macam tu, hiks. Tak hanya kartu ujian yang saya simpan, struk pembayaran SPP waktu SMK, struk ATM, struk belanja, dan hal remeh lain selalu saya simpan. Kebayang segimana dokumen penyimpanan saya? yak banyak dan saya buang-buangin hehe. 

Saat memilah barang, pilih berdasarkan kategori, bukan lokasi. Karena kita cenderung menyimpan barang yang sama, lebih dari satu tempat. Salah satu penyebab kita gagal mempertahankan kerapian karena kita memiliki barang terlalu banyak. Kondisi ini karena, kita tidak tahu berapa jumlah barang yang kita miliki sebenarnya. Misal, kita punya kaos kaki banyak sekali, kaos kaki ini tersebar diseluruh penjuru rumah, ada yg ditempat kaos kaki, ada yg di dalam tas, ada yg didalam sepatu, dll. Nah, saat melihat di tempat kaos kaki, hanya ada sepasang, kita jadi terpacu untuk beli lagi dan lagi, padahal mah kaos kaki yang lain pada nyangkut di tempat-tempat strategis yang tadi saya sebutkan. Maka, daripada bebenah lokasi (misal hari ini beresin dapur, besok beresin kamar mandi, dst), lebih baik bebenah per kategori (misal, sekarang beresin baju dulu, baik baju yg digantungan maupun baju yang digantungin, eh baju yang dilemari, kalo sudah selesai, beralih ke kategori selanjutnya, dst).

Bebenah yang efektif terdiri dari 2 aktivitas, yaitu membuang dan menyimpan. Diantara keduanya, membuang harus didahulukan, barulah barang yang tersisa kita tentukan dimana akan disimpan.

Sebelum mulai bebenah, kita dianjurkan memvisualisasikan tujuan kita bebenah. Agar semakin terarah kegiatan bebenah kita. Mba Marie menyarankan agar tujuan bebenah kita benar-benar detail, sehingga kita jadi lebih mudah beberes. Bagi saya, ini agak absurd, karena tujuan saya bebenah cuma satu, biar rapih dan ga berantakan berulang-ulang hehe. Sederhana banget ya.

Bagaimana cara kita memilih barang yang harus dibuang dan yang perlu disimpan? Mba Marie memberikan kriteria berupa : spark joy (membangkitkan kebahagiaan saat kita menyentuhnya/memakainya) atau tidak. Bila tidak, mon maap masuk ke tempat pembuangan/bila masih good condition bisa didonasikan kepada yang membutuhkan. Bila menemukan barang yang tidak spark joy, maka singkirkanlah tanpa ampun, singkirkan sekaligus sampai tuntas -tas -tas. (bahkan salah satu klien mba Marie ada yg menyingkirkan satu set alat minum teh mahal. warbyasak).

Pilahlah barang sesuai kategori berurutan, jangan ngacak ya. Urutannya sebagai berikut : Pakaian (stoking, kaus kaki, jilbab masuk kategori ini), Buku, Kertas, Aksesoris, Uang receh, Barang kenangan/sentimental, dan Foto. Kenapa harus berurutan, karena kalau tidak urutan, jadi tidak terarah dan mandeg. Misal mau beresin barang kenangan/sentimental dulu baru buku, tidak dianjurkan seperti ini ya.

Saat beberes, usahakan tidak ada keluarga/orang tua, karena acara bebenah akan gagal dan barang yang akan kita singkirkan berpotensi kembali ke tempat asalnya. Misal, ada baju yang kita kurang suka dan masih bagus baru beli mungkin, eh ibu kita melihat, ibu akan mengambil baju itu dan mengatakan “jangan dibuang, ini bisa buat ponakanmu/bisa dipakai ibu, tolong simpen aja dulu”. Jeng jeng, padahal setelah kita simpan, lupa tuh ibu buat ngasih baju itu ke ponakan, atau beliau belum mau pake baju itu.

Bila kita sudah sukses menyingkirkan barang-barang yang tidak spark joy, maka jangan hibahkan secara sepihak kepada adik kita/keluarga karena mereka belum tentu membutuhkannya. Lebih baik kalau ditanya, apakah diantara barang2 ini, ada yang ingin diadopsi? Bila tidak ada, maka berikan kepada yang membutuhkan/bisa menghubungi komunitas yang bersedia menampung barang hasil beres2 konmari (saya pernah baca threadnya di twitter, nanti saya attach disini kalau sudah ketemu ya).

Selanjutnya cara membereskan dan menyimpan barang berdasarkan kategori, akan dibahas di artikel berikutnya. See ya